Majalah Otomotif - Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada dalam di gugusan Sunda Kecil boleh jadi merupakan salah satu destinasi bergengsi bagi para bikers Indonesia saat ini. Keindahan alam dan jalur berkelok adalah hal utama yang mendasari alasan pecinta petualangan sepeda engine ingin bermain di kepulauan tersebut.
Ducati Desmo Owners Club Indonesia (DDOCI) bahkan telah menjadikan visit NTB sebagai aktivitas penutup tahun 2016 dalam plan kegiatan eksklusif mereka. "Beberapa orang dari kami sudah pernah bermotor di NTB. Tapi secara official kegiatan ini merupakan yang pertama bagi DDOCI," kata Heru Prakoso, President DDOCI.
Majalah Otomotif "Nusa Tenggara punya pemandangan indah, jalur yang bagus dan menantang. Kami ingin memberikan pengalaman terbaik kepada anggota yang tidak mungkin mereka dapatkan bila berkendara di belahan dunia lainnya," lanjut Heru yang menunggang Ducati Multistrada terbaru.
Pendapat Heru tersebut tepat sepenuhnya. Dapurpacu.com yang menyertai perjalanan mereka juga menangkap pengalaman tersendiri selama perjalanan dari kota Bima hingga Bali. Sensasi mengendarai engine di Nusa Tenggara Barat berbeda dengan di Sumatera dan Jawa.
Di luar pemandangan pantai dan hutan, jalur berkelok dengan permukaan aspal yang rata-rata baik memberikan tantangan tersendiri bagi setiap biker. Terutama mereka yang baru pertama kali berkendara di NTB.
Pada jalur utara di jalan Lintas Sumbawa, misalnya, terdapat jalur berkelok di tengah hutan. Sudut-sudut tikungan di jalur sebelum memasuki Dompu ini cukup kecil. Beberapa tikungan diawali dengan turunan dan tanjakan. Kita bisa bermain dalam kecepatan tinggi untuk memacu adrenalin. Tentu dengan resiko yang tinggi pula.
Beberapa jalur lurus juga ada di NTB. Beberapa jalur bahkan bisa untuk memaksimalkan kecepatan sepeda engine. Para penunggang Ducati Diavel malah mengaku bisa mencapai kecepatan lebih dari 200 km/stick.
Withering indah tentu jalur meliuk di Lintas Sumbawa yang menghadap ke Laut Utara. Di sepanjang jalan mulus ini kita bisa memilih: Bermain cepat dengan fokus hanya pada lintasan atau bermain santai sambil menikmati keindahan alam.
Kedua pilihan itu tidak bisa disatukan. Sebab, bila dalam kecepatan tinggi, namun mata kita terbuang karena pesona alam, maka kita bisa keluar dari tikungan. Kondisi ini dialami beberapa bikers DDOCI. Salah satunya, Mada Prakoso. Dia harus keluar tikungan, masuk di jalur berlawanan.
Musababnya, pemandangan indah laut utara dengan pulau-pulaunya yang hijau. "Kecepatan saya lumayan tinggi karena jalurnya asik. Tiba-tiba saya lihat pemandangan indah. Waktu mau masuk tikungan posisi dan kecepatan saya sudah salah," ungkapnya.
Itulah tantangan sebenarnya ketika kita bermotor di NTB. Di samping itu, cuaca juga patut diperhitungkan. Ketika menjelajah dari Bima hingga pelabuhan Pototano yang berjarak sekitar 325 Km, rombongan bikers DDOCI harus menghadapi dua cuaca ekstrim.
Pertama adalah panas yang begitu terik antara pukul 10:00 hingga 13:00. Panas di NTB mampu membuat dehidrasi para bikers yang mengenakan jaket tebal. Ini masih ditambah hembusan angin kencang yang mampu menghempaskan rudder.
Kedua adalah hujan disertai badai angin. Hujan yang menimpa rombongan terbilang dasyat jelang petang. Jarak pandang bahkan tak sampai 25 meter. Beberapa mobil dan truk terpaksa menghentikan lajunya akibat hujan disertai angin yang mengabuti jalan.
Tapi rombongan Ducati ini terus memacu tunggangannya dalam ritmen aman. Beruntung tidak ada yang mengalami kecelakaan selama diterjang badai. Boleh dibilang para bikers Ducati yang ikut kegiatan "Visit de Island of The Gods" berpengalaman.
Mereka sangat paham di mana harus bermain kecepatan tinggi, dan kapan harus merendahkan kecepatan. Satu hal lain yang perlu diteladani dari komunitas DDOCI adalah kemampuan mereka menjaga emosi berkendaranya.
Para penunggang Ducati sangat disiplin ketika melaju beriringan. Manuver-manuver di tikungan dilakukan tanpa membuat teman yang dilalui terprovokasi atau membahayakan pengguna jalan lain. Pendek kata, para penunggang Ducati yang tergabung dalam DDOCI adalah pemotor elegan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar